Sunday 22 November 2015

Jual Buku 5 Guru Kecilku

Jual buku : 5 Guru Kecil. Sebuah buku parenting mengenai Home Schooling.

Judul : 5 Guru Kecilku
Penulis : Kiki Barkiah
Penerbit : Mastakka Publishing
Cetakan kedua : Oktober 2015

Pemesanan buku online hubungi : 
Bapak Jumadi
Hp. 0852 1662 0755
 jual buku 5 guru kecilku

Resensi Buku 5 Guru Kecilku
Sosok seorang ibu muda berusia 29 tahun dengan lima orang anak, tanpa saudara dan tanpa asisten rumah tangga, berjuang membesarkan dan mendidik sang buah hati di negeri Paman Sam. Tak hanya sekadar mengajarkan ‘ilmu dunia’ melalui penerapan ‘homeschooling’ tetapi juga menanamkan nilai-nilai islam di tengah ‘gempuran’ zaman di sebuah negara liberal. Tak heran, terbitnya buku berjudul “5 Guru Kecilku” disambut dengan antusiasme tinggi dengan langsung ludesnya cetakan pertama buku ini di hari pertama peluncurannya.
Bagi saya, Teh Kiki, begitu beliau akrab disapa, merupakan sosok yang istimewa. Bagaimana tidak, ia merupakan alumnus Institut Teknologi Bandung jurusan paling ‘mentereng’ : Teknik Elektro (salah satu jurusan yang memiliki passing grade tertinggi se-Indonesia), aktivis dakwah dengan seabrek kegiatan. Kesemuanya ia lepaskan demi mengemban amanah mulia menjadi seorang istri dan ibu. Belum lagi, salah seorang anaknya bukan merupakan anak kandung (kebetulan beliau menikah dengan seorang duda yang telah memiliki anak satu). Perjuangan beliau tentu tak mudah. Namun, justru dari sanalah, ia menemukan hikmah demi hikmah sebagaimana ia menjuluki dirinya “sang penjelajah hikmah”.
Buku bersampul foto Teh Kiki beserta kelima anaknya ini merupakan kumpulan kisah pengasuhan anak yang ditulis dengan gaya bahasa mengalir. Dibuka dengan bab berjudul “Niatmu Kekuatanmu”, Teh Kiki mengingatkan arti penting niat, sebagaimana hadits Arbain pertama mencatatnya. Sesungguhnya setiap amal bergantung dari niatnya dan sesungguhnya seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya. Mengapa memilih menikah dengan segala konsekuensinya? Mengapa ‘berani’ mengambil peran dan amanah sebagai orang tua yang tentu bukanlah sebuah hal yang mudah?
Terdapat 35 kisah dalam buku setebal 241 halaman ini. Mulai dari kisah Teh Kiki mendidik kelima permata hatinya untuk saling menyayangi dan menguatkan sesama anggota keluarga, cara beliau mendidik anak melalui homeschooling, langkah yang diambil tatkala nasihat biasa tak mampu menghentikan misbehavior anak, penanaman nilai Islam melalui kegiatan sehari-hari, kisah dalam memberikan pendidikan seks pada anak, hingga bentuk kerja sama suami istri dalam pengasuhan anak. Dari buku ini, saya banyak belajar tentang penerapan teori parenting.
Bagi saya pribadi, amatlah jarang sebuah buku mampu membuat berlinang air mata (bahasa jawanya mbrambang), apalagi sampai menangis. Namun, saya tak sanggup menahan air mata tatkala membaca beberapa kisah. Tentang perjuangan yang memuliakan : perjuangan seorang istri dan ibu, Teh Kiki menulisnya dengan begitu powerful :

“Memandang kehamilan, melahirkan dan menyusui sebagai bagian dari ibadah kepada Allah akan melahirkan sikap yang berbeda dalam menjalankannya, begitu juga dengan nilainya di mata Allah. Tentu akan sangat berbeda rasanya bila dibandingkan dengan para wanita yang melihat kehamilan, melahirkan, menyusui sebagai tambahan beban apalagi hambatan mereka dalam mencapai karir. Karena kesulitan dalam menjalaninya adalah sebuah keniscayaan, maka sangat disayangkan jika kita menjalankannya tanpa memandangnya sebagai bagian dari ibadah kita kepada Allah,” (halaman 12-13)  

Tentang niat menikah, Teh Kiki membagikan kisahnya berkenalan dengan sang suami. Bertemu dengan sang suami dan orang tuanya di tempat i’tikaf dan kemudian mereka menikah selang waktu sekitar satu bulan. Ayahanda Teh Kiki  bertanya apa niat sang anak ketika diutarakan maksud untuk menikah dan kemudian disambut jawaban tegas, “Mau ibadah, pah”
Tentang perjalanan Teh Kiki membesarkan sulung sang suami yang tak lahir dari rahimnya. Keteladanan demi keteladanan sang anak yang meluluhkan hati. Tentang Ali, sang sulung yang menjadi inspirasi dalam keluarga.

“Di suatu siang, Ali tiba-tiba memeluk saya dari belakang.
Ali : “Ummi, not every kids has a mom like you!”
Saya kaget, campur salah tingkah, saya usap rambutnya, dan berkata,
Ummi : “And not every mom has a child like you too!”
(halaman 195)

Ah, sungguh. Buku ini amatlah indah. Saya seperti merasakan ketulusan Teh Kiki menjadi seorang ibu penuh waktu, kekuatan niat dan azzamnya untuk melahirkan generasi Islam unggulan, ketangguhannya menghadapi berbagai ujian dan tantangan pengasuhan anak (beliau menyebutnya ‘iklan’ dalam kehidupan sehari-hari), hingga  kegigihannya terus belajar demi memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya. Beliau tak sempurna, tentu, di beberapa kisah beliau memberikan ‘tips’ bagi para ibu ‘untuk menjaga kewarasan dalam mendidik anak’. Mulai dari memperbanyak istighfar, memberikan pemahaman kepada anak alih-alih memarahinya, hingga pentingnya dukungan suami dalam menguatkan sang istri meski hanya melalui percakapan telepon sejenak.